Thursday, 1 August 2013

The Effect of Communication towards Children Psychosocial

CHILDREN PSYCHOSOCIAL DEVELOPMENT 



Perkembangan psikososial atau proses sosialisasi pada anak sangat penting diajarkan sejak dini pada anak agar anak mampu berperilaku sesuai dengan tuntutan sosial. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan proses sosialisasi? Proses sosialisasi adalah belajar berperilaku agar dapat diterima secara sosial; memainkan peran sosial agar dapat diterima oleh masyarakat; perkembangan sikap sosial. 

Ada beberapa faktor dalam proses perkembangan sosial, yaitu:
  1. Kesempatan penuh untuk melakukan sosialisasi
  2. Kemampuan berkomunikasi
  3. Motivasi
  4. Metode belajar yang efektif
Salah satu komponen penting dalam bersosialisasi adalah komunikasi. Berikut adalah beberapa definisi dari komunikasi, yaitu:
  1. Menurut Hurlock, komunikasi berarti suatu pertukaran pikiran dan perasaan
  2. Menurut Bernard Barelson & Garry A. Steiner, komunikasi adalah proses transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka, dsb
  3. Menurut William J. Seller, komunikasi adalah proses dimana simbol verbal dan nonverbal dikirimkan, diterima dan diberi makna
Pada anak, ada dua bentuk komunikasi, yaitu:
  1. Prabicara, seperti: tangisan, ocehan, celoteh, isyarat, dan ungkapan emosional
  2. Bicara yang merupakan keterampilan mental-motorik. Berbicara tidak hanya melibatkan koordinasi otot mekanisme suara yang berbeda, tetapi aspek mental (kemampuan mengaitkan arti dengan bunyi yang dihasilkan
Berikut adalah tahap-tahap komunikasi pada anak, yaitu:
  1. The own agenda stage: anak lebih suka bermain sendiri, belum tahu bahwa komunikasi dapat berpengaruh pada orang lain
  2. The requester stage: anak sadar bahwa perilakunya dapat berpengaruh pada orang lain, mengulangi kata-kata untuk menenangkan diri
  3. The early communication stage: anak menggunakan bentuk komunikasi tertentu secara konsisten pada situasi khusus
  4. The partner stage: anak dapat menceritakan pengalamannya, keinginannya yang belum terpenuhi dan mengekspresikan perasaannya
Dari tahap-tahap diatas, kita mengetahui bahwa komunikasi ternyata berpengaruh pada penyesuaian sosial dan pribadi anak. 

  • Pemuasan kebutuhan dan keinginan: jika anak mampu mengomunikasikan keinginan dan kebutuhan, maka ia akan terhindar dari keputus-asaan karena tidak dipahami oleh lingkungan sosial
  • Perhatian dari orang lain: anak belajar bahwa komunikasi adalah hal yang cukup penting dalam menarik perhatian dari orang-orang yang ada disekitarnya
  • Hubungan sosial: memiliki kemampuan berkomunikasi dengan orang lain sangat penting dilakukan untuk menjadi anggota dalam suatu kelompok 
  • Penilaian sosial: bukan hanya orang dewasa, anak juga dinilai oleh kelompok sosialnya terkait dengan apa yang mereka katakan dan cara mereka mengatakannya
  • Penilaian diri: aspek dalam komunikasi tidak hanya mengucapkan kata atau kalimat, tetapi mendengarkan karena kemampuan mendengar akan melahirkan kemampuan anak dalam menilai dirinya sendiri
 Akan tetapi, perlu kita ketahui bahwa ada juga bahaya dalam perkembangan komunikasi yang dapat terjadi pada anak, seperti: 
  • Tangis berlebihan: tangis yang frekuensinya lebih banyak daripada tangisan normal sesuai dengan umur dan tahap perkembangan anak. Tangis berlebihan akan berdampak pada sikap orangtua, suasana rumah, dan reaksi sosial
  • Kesulitan dalam memahami: anak yang kurang mampu memahami arti kata saat berkomunikasi dengan lingkungannya akan menimbulkan perasaan tidak mampu dan rendah diri
  • Keterlambatan bicara: saat anak bermain dengan teman sebaya, ada proses penyesusian sosial. Anak yang mengalami keterlambatan bicara akan sulit mengikuti instruksi dalam permainan atau kegiatan sosialisasi lainnya
  • Bicara cacat: bicara yang tidak tepat, secara kualitatif kemampuan anak tidak memenuhi norma usia anak. Bicara cacat ini, seperti: cacat dalam arti kata [pengaitan yang salah dari arti kata, seperti: nyalakan lampu - matikan lampu], cacat dalam pengucapan [akibat salah belajar dan relatif dapat dibetulkan dengan mudah, seperti: mandi - andi, ga boleh - da doleh, makan - maam], cacat dalam struktur kalimat [seringkali kesalahan tata bahasa anak terdengar lucu bagi orang dewasa, tetapi hal itu merusak secara psikologis]
  • Kerancuan bicara: hal ini mirip dengan cacat dengan pengucapan, hanya saja bedanya adalah jika cacat pengucapan disebabkan oleh proses belajar, kerancuan bicara disebabkan oleh cacat yang terjadi dalam mekanisme suara atau ketegangan emosional yang menetap, seperti: lisping (telor atau pelat), slurring (menyatu), stuttering (gagap), dan cluttering (kacau)
  • Kesulitan dalam percakapan: hal ini dapat dilihat dari dua jenis, yakni: jumlah pembicaraan [terlalu banyak / sedikit] dan isi pembicaraan [pembicaraan yang egosentrik yang membuat para pendengar menjadi bosan]
  • Dwibahasa: anak menemukan sulit berkomunikasi dengan orang yang bahasa dominannya berbeda dari bahasa yang digunakan anak dan hal ini dapat menyebabkan persoalan dalam penyesuaian sosial
  • Bicara yang tidak disetujui secara sosial: anak yang pembicaraannya mengenai hal-hal yang tidak direstui masyarakat akan menimbulkan kesan buruk dan seringkali mendapat reputasi yang kurang baik

Sebagai kesimpulan, terhambatnya komunikasi pada anak akan berpengaruh negatif pada perkembangan psikososial anak. Oleh karena itu, hindari hal-hal yang dapat menghambat perkembangan komunikasi pada anak terutama yang terjadi dari faktor lingkungan. Lingkungan sosial terdekat  anak adalah keluarga, maka dari itu, stimulus dari keluarga adalah faktor penting yang dapat berpengaruh pada kemampuan komunikasi anak karena anak cepat dalam mengimitasi atau meniru, sehingga perlu contoh atau teladan yang baik dari keluarga.

No comments:

Post a Comment