Kata “Stress”
adalah kata yang sering kita dengar dalam kehidupan kita sehari-hari terutama
berkaitan dengan masalah yang kita hadapi. Sebenarnya stres adalah respon
individu terhadap keadaan-keadaan dan peristiwa-peristiwa yang mengancam
individu dalam mengatasi segala bentuk stressor.
Stressor
yang dimaksud adalah hal, kejadian, peristiwa, situasi, dan orang dalam
lingkungan kita yang mengancam atau merugikan diri kita atau menyebabkan stres
(The Activators of Stress atau
Pengaktif Stres).
Ada beberapa
kategori stressor, yaitu:
- Cataclysmic Events: fenomena besar atau tibat-tiba terjadi, kejadian-kejadian penting yang memengaruhi banyak orang, seperti: bencana alam, dll.
- Personal Stressor: kejadian penting yang memengaruhi sedikit orang atau sejumlah orang tertentu, seperti: krisis keluarga.
- Background Stressor: pertikaian yang biasa terjadi setiap hari, seperti: masalah pekerjaan atau rutinitas pekerjaan.
Ada dua macam
stres yang sering kita hadapi dalam hidup kita: Pertama adalah distress [stres yang tidak menyenangkan
bagi individu dan menimbulkan efek negatif, seperti: kecemasan, kesedihan,
frustrasi, rasa kewalahan, atau ketidak-berdayaan], kedua adalah eustress [stres yang menyenangkan bagi
individu dan menimbulkan efek positif, seperti: kesiagaan mental, kewaspadaan,
kognisi, dan performansi individu].
Selanjutnya,
kita akan melihat reaksi-reaksi stres:
- Konsekuensi fisiologis: aktifnya saraf otonom yang membuat adrenalin memproduksi catecholamine, mempercepat aliran darah & detak jantung, meningkatkan aktivitas pernapasan & mengalami gangguan proses pencernaan, aktifnya sistem endokrin, kelenjar pituitari mensekresi hormon ACTH, kelenjar adrenalin memproduksi hormon corcosteroids (hormon yang merangsang pelepasan lemak & protein dalam sirkulasi tubuh sehingga dapat menambah energi), daya tahan tubuh menurun.
- Respon kognitif: hasil proses penilaian tentang bahaya atau ancaman dari suatu kejadian, seperti: ketidak-mampuan berkonsentrasi, pikiran yang terganggu & berulang.
- Respon emosi, seperti: takut, cemas, gembira, malu, marah, depresi, sikap tabah atau penolakan.
- Respon perilaku, seperti: fight response (tindakan konfrontatif terhadap stressor) dan flight response (tindakan penarikan dari kejadian yang mengancam).
Berikut adalah
tipe gejala individu yang mengalami stres:
- Gejala fisik, seperti: gangguan kepala (pusing, migraine), gangguan tidur (tidur tidak teratur, tidur terlantur, bangun terlalu awal), gangguan pencernaan (mencret, sulit BAB, sembelit), gangguan kulit (gatal-gatal), gangguan makan (berubah selera makan), gangguan saraf (bagian punggung, leher, dan bahu), kelelahan fisik (fatigue), gemetar, jantung berdebar-debar, dan nafas terengah-engah.
- Gejala emosional, seperti: gelisah, kuatir, cemas, takut, depresi, mudah menangis, sedih, marah, gugup, merasa tidak aman, mudah tersinggung, mudah menyerang orang, bermusuhan, penolakan, frustrasi, merasa tidak sanggup mengontrol diri sendiri.
- Gejala kognitif, seperti: susah berkonsentrasi, sulit membuat keputusan, mudah lupa, pikiran kacau, daya ingat menurun, melamun secara berlebihan, dipenuhi oleh satu pikiran saja, hilang rasa humor yang sehat, produktivitas atau prestasi kerja menurun, mutu kerja rendah, bertambahnya jumlah kekeliruan dalam bekerja, dan prokrastinasi.
- Gejala interpersonal, seperti: kehilangan kepercayaan terhadap orang lain, mudah membatalkan janji atau tidak memenuhinya, suka mencari kesalahan orang lain, menyerang dengan kata-kata, mempertahankan diri, dan mendiamkan orang lain.
Jadi,
bagaimana cara kita mengatasi stres? Sebenarnya kita sudah sering melakukan Strategy Coping Stress [cara individu menghadapi dan mengatasi stres
termasuk permasalahan rutin yang terwujud dalam kemampuan individu untuk
menjaga sikap, perilaku, dan emosinya]. Dalam hal ini, individu akan memilih
sesuai dengan keinginannya strategi mengatasi stres mana yang kira-kira tingkat
keberhasilannya paling tinggi untuk mengatasi stres dan masalah yang mereka
hadapi. Ingatlah bahwa tiap-tiap orang memiliki cara mengatasi stres yang
berbeda-beda sehingga kita tidak bisa memaksa orang untuk mengikuti cara yang
kita mau dengan tujuan hanya untuk membantu, tetapi kita dapat menyesuaikan
cara yang akan kita sarankan sesuai dengan situasi dan kondisinya yang tentu
saja harus rasional, solutif, dan efektif.
Berikut ada
delapan jenis dalam strategy coping
stress, yaitu:
- Konfrontasi. Cara ini lebih digunakan oleh orang yang lebih agresif ketika akan memecahkan masalah dan mengatasi stres. Ia cenderung mengambil resiko ketika berhadapan dengan masalah tersebut.
- Mengambil jarak terhadap masalah (Distancing). Orang yang menggunakan cara ini lebih cenderung mengambil jarak pada masalah. Ia terlihat menghindar tetapi sebenarnya yang ia lakukan adalah berusaha melupakan masalah tersebut dan menganggap bahwa masalah tersebut tidak seberat yang dibayangkan.
- Penguasaan diri (Self controling). Orang yang menggunakan cara ini lebih menguasai atau mengontrol dirinya dulu (baik perasaan dan pikiran) ketika menghadapi masalah.
- Mencari dukungan sosial (Seeking social support). Orang yang mengatasi masalah dengan cara ini adalah orang yang merasa bahwa perlu dukungan dari orang lain (baik secara moril maupun materiil) untuk mengatasi masalah yang dihadapi, seperti: dukungan dari keluarga, teman, sahabat, atau pacar.
- Menerima sebagai tanggung-jawab (Accepting responsibility). Orang yang memilih cara ini biasanya akan menganggap bahwa masalah yang dihadapinya adalah suatu tanggung jawab dimana ia harus menyelesaikan masalah ini. Akan tetapi, apabila individu menghadapi masalah yang membuat dirinya distress, maka ia akan selalu terpacu untuk mencari jalan keluar dan efek negatifnya jika hal itu dilakukan berlarut-larut, seringkali ia akan menjadi putus asa dan pesimis.
- Menghindar (Escape – Avoidance). Biasanya ini adalah salah satu opsi yang sering dipilih oleh seseorang dalam menyelesaikan stres yang dihadapi. Sayangnya, tidak semua masalah akan terpecahkan bila kita menghindar, karena kita cenderung lari dari kenyataan, cenderung menunda keputusan penting, dan cenderung menjadi orang yang tidak bertanggung-jawab.
- Penyelesaian masalah yang terrencana (Planful problem solving). Cara ini cukup efektif dalam menyelesaikan masalah karena individu dengan penuh pertimbangan akan mengidentifikasi alternatif solusi yang ada, termasuk teliti untuk melihat konsekuensi negatif atau positif apa saja yang ada dalam alternatif solusi yang kita buat dan kita perlu waspada ketika kita menerapkan solusi yang sudah kita putuskan.
- Melihat dari segi positif (Positive reappraisal). Biasanya orang yang menggunakan cara ini akan melihat sisi positif dengan mengambil hikmah ketika ia memandang masalah.
Mari kita lihat apa yang Alkitab
katakan mengenai stres dan apa obat stres yang diberikan oleh Tuhan Yesus.
Dalam Yakobus 1: 2-4, “Saudara-saudaraku,
anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai
pencobaan, sebab kamu tahu bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan
ketekunan, dan biarlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu
mejadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun”. Hal pertama adalah
kita perlu melihat tujuan Tuhan Yesus dalam setiap persoalan yang kita hadapi.
Dalam firmanNya, kita diingatkan untuk menganggap persoalan yang kita hadapi
sebagai kebahagiaan karena persoalan tersebut menghasilkan sesuatu yang positif
bagi diri kita. Perlu kita sadari bahwa Tuhan Yesus ingin mengembangkan buah
roh yang ada dalam diri kita dalam setiap peristiwa yang kita alami dan hal
yang perlu kita ingat juga bahwa Tuhan Yesus tidak memberikan masalah yang
tidak mampu kita kontrol. Coba kita perhatikan Rasul Paulus, ia mengalami
banyak kesulitan hidup tetapi karena fokusnya berorientasi pada perspektif
Tuhan, ia mampu mengatasi kesulitan hidupnya dengan sukacita. Perkataan Rasul
Paulus, “… meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia
batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. Sebab penderitaan ringan yang
sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi
segala-galanya…”.
Sebagai anak Tuhan, kita juga
perlu menggunakan waktu kita bersama Tuhan dengan cara berdoa karena dengan
berdoa, kita dapat mengalami kehadiranNYA dalam kehidupan kita. Banyak orang berdoa
agar situasi yang membuat mereka stres diubahkan oleh Tuhan, tetapi sebenarnya
doa memiliki kekuatan untuk mengubah kepribadian kita daripada situasi kita.
Firman Tuhan juga mengingatkan
kita untuk menjaga hati kita dengan segala kewaspadaan, karena dari situ
terpancar kehidupan. Ayat Firman Tuhan lain juga mengatakan bahwa Damai
sejahtera dari Tuhan Yesus diberikan kepada kita sehingga kita tidak perlu gentar
dan gelisah. Oleh karena itu, kita perlu menjaga hati dan pikiran kita untuk
melawan hal-hal yang negatif dan membuat kita menjadi tidak bersemangat atau
putus asa.
Memang kita seringkali merasa
bahwa kita tidak mampu memahami kehendak Tuhan, tetapi Tuhan Yesus melalui
Firman-Nya sudah cukup memberikan informasi kepada kita tentang karakter-Nya
bahwa ketika kita tidak kuatir, kita dapat bersandar pada janji Tuhan Yesus
bahwa ia tidak akan meninggalkan kita.
Dalam Mazmur 90: 12, “Ajarlah
kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang
bijaksana”. Seringkali kita kurang bijak dalam mengatur aktivitas kita karena
kita lebih mengutamakan hal-hal yang tidak penting dan bukan prioritas hidup
kita padahal yang seharusnya kita lakukan adalah mengerjakan hal-hal yang
penting dan yang menjadi prioritas hidup kita. Kita diberikan oleh Tuhan
pilihan dalam hidup, oleh karena itu, habiskan waktu dan energi kita untuk
belajar mengatakan “TIDAK” pada hal-hal yang sebenarnya tidak terlalu penting.
Ingatkah anda pada ayat Firman
Tuhan yang mengatakan, “Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita
ini debu.” Terkadang ketika mengalami stres, kita menolak menerima batasan kita
sehingga tanpa kita sadari hal inilah yang menyebabkan kita mengalami penyakit
akibat stres. Ketika kita merasa capek, itu adalah peringatan bahwa kita harus
menerima batasan kita bahwa kita hanyalah manusia yang butuh istirahat, makan,
tidur, dan relaks.
Selanjutnya, resep dari Tuhan
Yesus adalah Tuhan Yesus ingin menanamkan kepada kita hati yang penuh ucapan
syukur. Firman Tuhan berkata, “mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab
itulah yang dikehendaki Allah didalam Kristus Yesus bagi kamu.” Hal yang perlu
kita lakukan adalah menghitung berkat Tuhan dalam hidup kita. Jika kita melakukan
hal ini, maka kita akan lebih positif dan berhenti melakukan hal-hal yang
negatif.
Akhir dari artikel ini
mengingatkan kita bahwa stres berpengaruh pada tubuh, pikiran, dan jiwa kita
sehingga kita perlu melindungi tubuh kita dengan istirahat yang cukup, olahraga
teratur, makan yang cukup, kita juga perlu melindungi pikiran kita dengan
berpikir benar, menolak membesarkan hal-hal yang kecil, dan buatlah skala
prioritas bagi hidup kita, serta kita juga perlu melindungi jiwa kita dengan
bersandar pada Tuhan Yesus, merenungkan Firman-Nya, dan berdoa.
No comments:
Post a Comment