KAJIAN TENTANG KECENDERUNGAN SESEORANG MEMUTUSKAN BUNUH DIRI
SEBAGAI BAGIAN DARI PEMENUHAN EKSISTENSI DIRINYA
Ketika seseorang memutuskan untuk bunuh diri,
maka hal yang menjadi pertanyaan adalah apa yang menyebabkan seseorang untuk
memutuskan untuk bunuh diri dan bagaimanakah seseorang dapat berpikir bahwa
dengan bunuh diri, hal tersebut sudah merupakan bagian dari pemenuhan
eksistensi diri, dan apakah tindakan yang dilakukan individu merupakan perilaku
patologi atau bukan?
Mari kita lihat pengertian dari bunuh diri.
Bunuh diri adalah kematian yang dibebankan pada diri dimana seseorang berusaha
untuk bertindak mengakhiri hidupnya secara sengaja, langsung, dan sadar. Edwin
Shneidman menguraikan bahwa ada empat macam orang yang secara sengaja
mengakhiri hidupnya, yaitu:
1.
The
death seeker adalah seseorang
yang mengakhiri hidupnya pada waktu yang telah mereka tentukan untuk melakukan
bunuh diri.
2.
The
death initiator adalah
seseorang yang ingin mengakhiri hidupnya, tetapi keyakinan mereka memainkan
peranan bahwa proses kematian telah berlangsung dan bahwa mereka telah
mempercepat proses kematian.
3.
The
death ignorer tidak
meyakini bahwa kematian diri mereka berarti akhir dari eksistensi mereka,
tetapi mereka meyakini bahwa mereka ‘mendagangkan’ kehidupan mereka untuk
eksistensi kebahagiaan yang lebih baik.
4.
The
death darer adalah seseorang yang
mengalami kombinasi perasaan atau ambivalen dan maksud mereka untuk mati pada waktu
mereka mencoba hal tersebut, mereka juga menunjukkan ambivalensi ini dalam
tindakan mereka.
Sebenarnya ada banyak faktor yang
melatar-belakangi seseorang memutuskan untuk tindakan bunuh diri. Menurut
Jacobs dan rekan-rekannya menyatakan bahwa bunuh diri disebabkan oleh adanya
kejadian yang menimbulkan stres, hal ini dapat dilihat ketika seseorang
kehilangan seseorang yang dicintai melalui kematian, perceraian, penolakan;
atau hilangnya pekerjaan; atau stres yang diasosiasikan dengan bencana alam.
Kaplan, Sadock, dan Grebb mengatakan bahwa bunuh diri seringkali diasosiasikan
dengan kebutuhan yang tidak terpenuhi atau terabaikan, konflik antara keinginan
untuk bertahan dengan stres yang berat, perasaan tidak berdaya atau tidak ada
harapan, menyempitnya pilihan dan kebutuhan untuk melarikan diri.
Berdasarkan faktor-faktor di atas, dapat dilihat
bahwa seseorang yang melakukan tindakan bunuh diri tidak mempunyai kemampuan
untuk menerima kenyataan yang terjadi, sehingga ia mempunyai pemikiran bahwa
ada penderitaan yang akan dialami oleh dirinya baik secara fisik maupun psikis
dan berkembangnya sense of hopelessness, serta pemikiran bahwa bunuh diri adalah
sesuatu yang menyenangkan, dapat membuat dirinya bahagia, dan merupakan bagian
dari pemenuhan eksistensi dirinya.
Keputusan seseorang untuk bunuh diri sebagai
bagian dari pemenuhan eksistensi diri mempunyai arti bahwa dengan melakukan
bunuh diri, akan ada kebebasan yang didapat, lepas dari kesengsaraan dan
penderitaan yang dialami. Ketika seseorang masih hidup, ia merasakan banyak
penderitaan yang secara fisik dan psikis dialami sepanjang hidupnya atau banyak
stressor yang dihadapi, akan tetapi tidak adanya kemampuan untuk menangani
stressor tersebut menyebabkan individu menjadi distress sehinga mengakibatkan penderitaan
yang bersifat lama dan meningkat. Ketika seseorang berpikir bahwa dengan
meninggalkan kehidupan yang terus membuat dirinya menderita akan membuatnya
lebih bebas dan bahagia, orang dapat mempunyai kecenderungan untuk mengakhiri
hidupnya dengan bunuh diri. Selain itu, kondisi lingkungan disekitar, seperti:
teman, keluarga dan adanya pemikiran bahwa tidak ada hal yang dapat diperoleh
bila terus merasakan penderitaan dalam hidup juga turut memperkuat keputusan
seseorang bunuh diri sebagai bagian dari pemenuhan eksistensi diri.
Untuk melihat apakah suatu perilaku bunuh diri
yang dilakukan oleh individu menyimpang atau tidak, maka perlu diperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi individu bertingkah laku patologis atau
deviant. Menurut E. M. Lemert, faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku
patologi individu adalah faktor aksidental dan yang mempengaruhi status dan
peranan pribadi yang bersangkutan adalah melalui proses heriditer (sebagian
diluar sosiologi) dan kedudukan geografik.
Selain itu, ada pula postulat atau dalil
mengenai penyimpangan perilaku yang menyatakan bahwa:
- Tingkah laku sosiopatik mempunyai ciri khusus dan dianggap sosiopatik pada waktu dan tempat tertentu
- Penyimpangan perilaku merupakan produk dari konflik sosial dan konflik internal yang ditampilkan keluar dalam bentuk disorganisasi pribadi dan sosial
- Tingkah laku sosiopatik merupakan bentuk penyimpangan yang jelas ditolak oleh kebanyakan anggota masyarakat
- Penolakan masyarakat sangat tergantung pada derajat penampakan dari penyimpangan tingkah laku
- Masyarakat mengadakan larangan dan pembatasan terhadap kebebasan berpartisipasi para penyimpang.
Berdasarkan penjelasan
diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku bunuh diri dapat termasuk dalam
perilaku patologi atau penyimpangan perilaku. Hal ini disebabkan simptom yang
tampak sebelum orang melakukan tindakan bunuh diri mempunyai ciri khusus yang
membedakannya dengan orang lain dan bertindak secara sosiopatik pada waktu dan
tempat tertentu. Hal ini dapat dilihat dari perilaku yang ditunjukkan, perasaan
yang dialami individu dan bahasa tubuh dari individu, perkataan yang
disampaikan oleh individu terhadap orang lain atau cara individu berinteraksi
dengan lingkungan. Melihat reaksi masyarakat terhadap seseorang yang akan
melakukan tindakan bunuh diri, jelas menimbulkan larangan karena melanggar Hak
Asasi Manusia (HAM) dimana norma sosial dalam masyarakat adalah bagaimana
individu harus menjunjung tinggi hak asasi manusia, baik dalam harkat dan
martabat manusia termasuk bahwa manusia memiliki kebebasan untuk hidup atau
merdeka, akan tetapi norma ini jelas sangat bertentangan dengan orang yang
menganggap bunuh diri adalah sebagai bagian dari pemenuhan eksistensi diri.
Selain itu, sebelum seseorang memutuskan untuk
bunuh diri, individu sebenarnya memiliki kesadaran bahwa adanya konflik sosial
(masalah yang timbul di lingkungan yang berdampak pada dirinya) menimbulkan
konflik internal dalam dirinya juga merupakan hasil yang ditampilkan oleh
individu untuk melakukan penyimpangan perilaku tersebut.
No comments:
Post a Comment