Monday, 30 December 2013

Adaptation of Children at The Time of Entering School


ADAPTATION OF CHILDREN AT THE TIME OF ENTERING SCHOOL


Ketika seorang anak pra sekolah hendak masuk pada jenjang yang lebih tinggi, yakni sekolah tentu saja perlu adanya proses adaptasi dari si anak. Adaptasi merupakan bentuk penyesuaian diri pada informasi baru tentang lingkungan sekitar. Adaptasi sendiri juga meliputi bagaimana seorang anak dapat mengatasi persoalan yang dihadapi dalam lingkungan barunya.

Biasanya anak yang memasuki usia sekolah, secara psikososial, ia sudah mampu untuk bekerja sama dan berinteraksi dengan lingkungannya, mampu mengekspresikan perasaannya baik rasa marah, rasa sakit, rasa sedih, dan rasa senang. Ia juga sudah mampu memunculkan rasa bersalah dan malu serta dapat mengekspresikan perasaannya secara bebas.

Akan tetapi, kenyataan yang perlu diketahui anak bahwa ketika ia memasuki sekolah, ia akan menghadapi perbedaan dalam sistem belajar antara Kelompok Bermain / Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar, hubungan antara guru dan murid, dan situasi serta teman yang baru.


Mengetahui kenyataan di atas, kita sebagai pemerhati anak dan orangtua perlu melakukan beberapa persiapan, meyakinkan anak bahwa anak bisa dan bahwa ia mampu, kemudian memperkenalkan anak pada guru sebagai pengganti orangtua selama di sekolah. Bagi para pendidik, perlu dipahami bahwa tiap anak memiliki perbedaan secara individual, sehingga perlu ketelitian dan kemampuan sensitivitas dalam mengobservasi anak.

Friday, 20 September 2013

Explanation about Parenting Style


Dalam artikel sebelumnya, kita telah membahas bagaimana karakter dan perilaku anak dipengaruhi oleh lingkungan terdekatnya, yaitu keluarga atau orangtua. Hal yang dimaksud disini adalah pola pengasuhan orangtua. 

Sebenarnya apa sajakah tipe pengasuhan terkait dengan psikososial anak? Diana Baumrind menekankan ada tiga tipe pengasuhan, yaitu: Authoritarian Parenting (Otoriter), Authoritative Parenting (Otoritatif), dan Permissive Parenting atau Laissez-faire Parenting (Permisif). Belakangan ini, ahli psikolog perkembangan anak berpendapat bahwa Pola pengasuhan permisif terjadi dalam dua bentuk, yaitu: Permissive Indulgent dan Permissive Indifferent.


  1. Pengasuhan Otoriter adalah gaya pengasuhan yang membatasi anak, menghukum anak, dan menuntut anak untuk mengikuti perintah orangtua. Orangtua yang otoriter biasanya menetapkan batas-batas yang sangat tegas dan tidak memberikan peluang yang besar kepada anak untuk berbicara atau bermusyawarah. Ingat, pengasuhan tipe ini dapat menyebabkan inkompetensi sosial anak, membuat anak gagal memprakarsai kegiatan dan dapat memiliki keterampilan komunikasi yang rendah. 
  2. Pengasuhan Otoritatif atau yang biasa dikenal dengan pengasuhan yang lebih demokratis adalah gaya pengasuhan yang mendorong anak-anak agar mandiri tetapi masih menetapkan batas-batas dan pengendalian atas tindakan mereka. Pengasuhan ini juga mengedepankan musyawarah verbal yang ekstensif dan orangtua dengan gaya pengasuhan ini akan memperlihatkan kehangatan serta kasih sayang kepada anak. Pengasuhan ini biasanya diasosiasikan dengan kompetensi sosial anak-anak, percaya diri, dan bertanggung-jawab secara sosial.
  3. Pengasuhan Permisif seperti yang disebutkan diatas ada 2, yaitu: 
  • Permisif Indulgent adalah gaya pengasuhan dimana orangtua sangat tidak terlibat dalam kehidupan ini. Pengasuhan ini dapat menyebabkan anak-anak tidak memiliki kompetensi secara sosial dan kurang pengendalian diri. Biasanya orangtua dengan gaya pengasuhan ini tidak dapat menjawab pertanyaan, "Ini sudah jam 10 malam. Kamu tahu dimana anak kita?"
  • Permisif Indifferent adalah gaya pengasuhan dimana orangtua sangat terlibat dalam kehidupan anak tetapi menerapkan sedikit batas atau kendali terhadap anak-anak. Gaya pengasuhan ini juga dapat menyebabkan inkompetensi sosial anak, khususnya kendali diri. Orangtua ini membiarkan anak mereka melakukan apa saja yang mereka inginkan, akibatnya anak-anak tidak pernah belajar mengendalikan perilaku mereka sendiri dan selalu kemauan mereka dituruti. 

Sunday, 15 September 2013

Explanation about Educational Kids Play

Apa yang dimaksud dengan Permainan Edukatif Anak-anak?


Permainan Edukatif Anak-anak adalah permainan yang meningkatkan perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangan baik dalam aspek fisik, bahasa, kognitif, dan psikososial anak. 

Berikut adalah jenis kegiatan olahraga dan mainan yang sesuai bagi pertumbuhan bayi pada tahun pertama kehidupan (meningkatkan perkembangan fisik anak), yaitu:
  1. Lahir - 1 bulan: menggoyangkan bayi, menaruh bayi didalam box bayi, menggunakan kereta berjalan.
  2. 2 - 3 bulan: menggunakan box bayi yang dapat digerakkan, membaya bayi berkendaraan di dalam mobil, melatih tubuh bayi dengan menggerakkan kaki dan tangan secara lembut.
  3. 4 - 6 bulan: menggunakan kereta berjalan, melambungkan bayi di pangkuan sementara memegang bayi berdiri dalam posisi berdiri, membantu bayi berguling, menopang bayi dalam posisi duduk, membiarkan bayi condong ke depan untuk mencapai keseimbangan.
  4. 6 bulan: menaruh bayi di atas lantai untuk merangkak, berguling dan duduk, memegang bayi tegak lurus agar ia dapat menahan berat dan lambungnya. Angkat - katakan "naik", letakkan di bawah - katakan "turun", menaruh mainan di luar jangkauan, dorong bayi meraihnya.
  5. 9 - 12 bulan: memberi mainan dorong tarik yang besar untuk mendorong berjalan, menaruh perkakas dalam lingkaran untuk mendorong menjelajah.
  6. 12 - 24 bulan: mainan yang dianjurkan adalah mainan yang dirancang untuk memberi olahraga sesuai dengan perkembangan bayi, seperti: mainan tempat tidur, kotak bermain dalam tempat tidur, mainan dorong tarik dan ayunan.
  7. 3 tahun: gerakan sederhana, seperti: berjingkrak, melompat, berlari, membangun menara tingi yang terbuat dari balok, bermain sehelai papan atau teka-teki menyusun potongan gambar, walau agak kasar dalam menempatkan potongan.
  8. 4 tahun: gerakan sederhana tetapi sedikit mengambil risiko, seperti: anak yang sudah dapat memanjat tangga dengan satu kaki pada setiap tiang anak tangga untuk beberapa lama dan turun tangga dengan cara yang sama, kadang agak sulit membangun menara tinggi dengan balok secara sempurna, cenderung anak merasa tidak puas atas balok-balok yang telah disusun.
  9. 5 tahun: lebih berani mengambil risiko, lebih percaya diri melakukan ketangkasan yang mengerikan, seperti: memanjat suatu objek, berlari kencang, dan suka berlomba dengan teman sebaya atau orangtua, sebuah menara tidak lagi menarik perhatian anak usia 5 tahun, mereka justru ingin membangun rumah atau gereja lengkap dengan menara, walaupun perlu penjelasan dari orang dewasa tentang apa makna dari setiap proyek yang telah diselesaikan itu.
Berikut adalah perkembangan bahasa dimana anak dilatih berbicara dan menggunakan kalimat yang benar, yaitu:
  1. 12 - 26 bulan: anak dapat diajarkan perbendaharaan kata utama yang terdiri dari banyak kata benda dan kata kerja dengan sedikit kata sifat dan kata keterangan; urutan kata diperhatikan, seperti: bayi mandi.
  2. 27 - 30 bulan: anak dapat diajarkan menggunakan kata jamak, kata depan, seperti: mobil maju cepat.
  3. 31 - 34 bulan: anak dapat diajarkan menggunakan pertanyaan ya - tidak, pertanyaan, kalimat sanggahan dan kalimat berita, seperti: Letakkan bayi itu!.
  4. 35 - 40 bulan: anak dapat diajarkan meletakkan kalimat yang satu di dalam kalimat yang lain, seperti: itu mobil yang ibu beli untukku.
  5. 41 - 46 bulan: anak dapat diajarkan mengoordinasikan kalimat sederhana dengan hubungan proporsional, seperti: jenny dan cindy itu saudara.
Berikut adalah pengembangan aspek kognitif yang dilakukan dengan:
  1. Pengenalan suara, seperti: suara ayah, suara ibu, suara jenis-jenis binatang, suara mobil, suara sirene, suara mesin, dll.
  2. Pengenalan ukuran, seperti: kecil, besar, dll.
  3. Pengenalan warna, seperti: merah, kuning, hijau, jingga, nila, ungu, hitam, putih, abu-abu, coklat, dll.
  4. Pengenalan bentuk, seperti: segitiga, segi empat, lingkaran, dll.
Berikut adalah pengembangan aspek psikososial yang dapat dilakukan dengan:
  1. Etika atau sopan santun, seperti: selamat pagi, selamat siang, selamat sore, selamat malam, terima kasih, minta maaf, permisi, pamit, dll.
  2. Cara berinteraksi dengan orangtua, saudara, keluarga, dan masyarakat.
  3. Cara memberi salam, cara berdoa, dan cara beribadah.

Dari aspek-aspek diatas, maka diperlukan alat permainan yang bervariasi dan jangan menggunakan permainan yang membuat anak bosan, jenuh, ataupun stres. Cari aktivitas bermain yang bervariasi seperti: permainan yang dapat menyeimbangkan antara bermain aktif dan bermain pasif (bermain yang disertai dengan aktivitas otot, seperti: bermain pasir, bermain tali, bersepeda, dll.)

Berikut adalah jenis permainan menurut Parten, yaitu:
  1. Permainan sensorimotor: perilaku yang diperlihatkan bayi untuk memeroleh kenikmatan dan melatih perkembangan sensorimotor mereka, terjadi pada usia 9 - 12 bulan.
  2. Permainan praktis: melibatkan pengulangan perilaku ketika keterampilan baru sedang dipelajari atau ketika penguasaan dan koordinasi keterampilan fisik atau mental diperlukan dalam olahraga. Permainan sensorimotor melibatkan permainan praktis, terutama muncul pada bayi, sedangkan permainan praktis dapat terjadi sepanjang hayat.
  3. Permainan pura-pura atau simbolis: terjadi ketika anak mentransformasikan lingkungan fisik ke suatu simbol, terjadi pada usia 18 bulan - 5 tahun, kemudian berangsur-angsur menurun. Pada awal Sekolah Dasar, anak-anak berminat ke Games.
  4. Games: kegiatan untuk memeroleh kenikmatan yang melibatkan aturan dan kompetisi dengan satu atau lebih orang, terjadi pada usia 10 - 12 tahun. Setelah 12 tahun, games sedikit menurun popularitasnya dan diganti dengan perainan praktis, percakapan, dan olahraga yang terorganisasi.
  5. Permainan konstruktif: mengombinasikan kegiatan sensorimotor yang berulang dengan representasi gagasan simbolis. Permainan konstruktif terjadi ketika anak-anak melibatkan diri dalam kreasi atau konstruksi produk atau pemecahan masalah ciptaan sendiri.
  6. Permainan sosial: permainan yang melibatkan interaksi sosial dengan teman sebaya dan secara dramatis selama tahun-tahun pra sekolah. Bentuk lain permainan sosial adalah permainan yang kasar dan kacau dan seringkali sama dengan permainan yang bersifat permusuhan, tetapi perilaku ini diikuti oleh tertawa, gerakkan yang dilebih-lebihkan. 

Explanation about Superbook


Seperti yang kita ketahui bahwa usia 0-5 tahun adalah usia emas atau periode emas yang berarti bahwa pada tahap ini, kepribadian, karakter, dan pola pikir seseorang pertama kali terbentuk. Pola pengasuhan orangtua merupakan faktor terpenting dalam pembentukan kepribadian, karakter, dan pola pikir anak, karena orangtua adalah lingkungan terdekat anak dan patron imitasi anak.
Selain pola pengasuhan orangtua, faktor berikut yang juga turut berperan penting dalam pembentukan kepribadian, karakter, dan pola pikir anak adalah lingkungan sekitar anak seperti media. Jika kita berbicara tentang media televisi, orangtua perlu memerhatikan apa yang anak-anak tonton.

Walaupun orangtua mendidik anak-anak dengan hal, nilai, dan prinsip yang baik, tetapi tontonan yang dilihat anak melalui televisi hal yang buruk, maka tidak heran jika anak-anak akan mengalami kebingungan dan biasanya mereka akan meniru dengan cepat sesuatu yang buruk, sehingga perlu peran orangtua yang ekstra dalam menemani anak-anak untuk menonton film. Kenyataan juga memperlihatkan bahwa seringkali orangtua memberikan atau meminjamkan gadget mereka kepada anak-anak dan tanpa disadari anak-anak telah melihat porno di gadget tersebut. Menurut Survei oleh Barna Group bahwa anak-anak Kristen sedang meninggalkan prinsip-prinsip Alkitab atau sedang dimuridkan oleh dunia. Ya, generasi saat ini adalah generasi yang mengalami tantangan yang cukup berat. 

Menurut data dari www.AnakBersinar.com, setiap tahun jumlah orang yang lahir adalah 140 juta jiwa dan saat ini 1/3 penduduk dunia ada dibawah 15 tahun. Jika orang Kristen di seluruh dunia ada 33%, jika orang Kristen di seluruh dunia ada 2,3 miliar, maka itu sama dengan 760 juta anak-anak Kristen dibawah 15 tahun, dan jika orang Kristen yang sungguh-sungguh hanya 17%, maka itu sama dengan 395 juta anak-anak Kristen, hal itu berarti ada 395 juta peluang untuk mengubah gereja anda, kota anda, bangsa anda, dunia anda, dan masa depan.

Jika kita melihat dalam Alkitab, kita mengetahui ada banyak gereja hebat seperti Filipi, Kolose, Tesalonika, dan Efesus, tapi kenyataannya saat ini bahwa gereja-gereja seperti di Eropa telah dijual menjadi bar, restoran, hotel, bahkan masjid. Dalam Alkitab, kita juga bisa melihat contoh bahwa setelah generasi yosua, bangsa Israel masih menderita di zaman hakim-hakim dan bahwa setelah generasi daud, ada absalom. Dari contoh tersebut, anak-anak Kristen adalah harapan gereja yang perlu dibantu dan diperhatikan.

Salah satu program dari Cahaya Bagi Negeri adalah Superbook. Apa itu Superbook? Super book adalah film animasi petualangan kisah-kisah Alkitab dimana ada dua orang anak: Chris (11 tahun) dan Joy (12 tahun) bersama sahabat mereka Gizmo (Robot).

Sebagai anak kecil, Chris dan Joy mengalami tantangan dan mereka punya alat 'Superbook atau buku ajaib' yang setiap waktu dapat membawa mereka ke zaman 'Super Hero Sepanjang Masa' yang pernah hidup. Gizmo bersama kedua anak membantu mengidentifikasi waktu, zaman, dan tokoh tempat mereka berada dan ketika mereka kembali ke masa kini, mereka bertiga belajar tentang nilai dan prinsip hidup sesuai dengan tantangan yang mereka hadapi. Jangan lewatkan tayangan film Superbook!




Tuesday, 10 September 2013

Early Childhood Education Farley Christian Children Center (FC3)



Our Programs:
Christian Childrean Building (Ethics & Bible Story Telling)
Brainy Baby (Right Brain Development, Left Brain Development, Peek A Boo, Laugh & Learn, Shape & Color, ABC, 123, English, Art, Music, Animal)
Creative Art (Cutting, Coloring, Painting, Drawing, Folding, Sticking)

We have:
a. Day Care
Age: 2.5 - 4 years old
Packet: Monthly, Daily, and Hour
Operational Time: Monday - Friday, 07.00 a.m - 04.00 p.m 
Daily Activity: Indoor Free Play, Toilet Training,Breakfast, Creative Art, Lunch, Bath Time, Bible Story Telling, Sleep Time, Snack. 
Price List of Day Care:
Registration Fee Rp. 100.000 (IDR)
Monthly Rp. 800.000 (IDR)
Daily Rp. 60.000 (IDR)
Hour Rp. 10.000 (IDR)
Include: Lunch & Snack

b. Play Group 
Age: 2.5 - 4 years old
School Time: Monday, Wednesday, Friday, 09.00 a.m - 11.00 a.m 
Activity: Opening Prayer, Music & Movement, Bible Story Telling, Brainy Baby Program, Creative Art, Breakfast, Toilet Training, Indoor Free Play, Closing Prayer.
Price List of Play Group:
Registration Fee Rp. 100.000 (IDR)
Monthly Rp. 100.000 (IDR)
Education Fee Rp. 800.000 (IDR)
Include: Development, Uniform, Stationery & Books

c. Day Care & Play Group
Price List: 
Registration Fee Rp. 100.000 (IDR)
Monthly Day Care & Play Group Rp. 850.000 (IDR)
Education Fee Rp. 800.000 (IDR)


Indoor Free Play



Office

Classroom

Bedroom

Teacher & Student Playgroup FC3

Requirement:
  • Fill registration form
  • Fill contract form
  • 1 sheet photocopy birth certificate 
  • 1 sheet photocopy family card
  • 1 sheet photocopy parents id card
  • 2 sheets children photo size 3x4
Visit us:
Bethesda Street Number 20 C
Sario Kotabaru, Manado, North Celebes, Indonesia.
Phone: 081332495969 (Charity Sualang, S. Psi., MA)
Website: www.paudfc3.blogspot.com
Email: farley_christianchildrencenter@yahoo.com

Tuesday, 3 September 2013

Explanation about Menu for Early Childhood


Menu adalah susunan hidangan sekali makan yang secara keseluruhan saling melengkapi (mengandung semua golongan bahan makanan, dengan memperhatikan keseimbangan zat gizi yang terkandung didalamnya) untuk kebutuhan makan seseorang.

Mengapa makanan cukup penting bagi anak usia dini? Karena memberi energi bagi anak untuk bergerak dan beraktivitas fisik, memberi zat gizi untuk pertumbuhan dan melawan penyakit, memuaskan selera dan memberikan rasa kenyang, serta memenuhi nilai sosial budaya.

Sebenarnya, apa sajakah syarat untuk menyusun menu anak usia dini?

  1. Memenuhi kecukupan energi dan zat gizi sesuai dengan umur, aktivitas, fisik, dan jenis kelamin
  2. Sesuaikan hidangan dengan pola menu, bahan makanan yang tersedia, dan selera anak terhadap makanan
  3. Perhatikan kombinasi rasa (termasuk tidak pedas atau berbumbu tajam dan asam), warna (cukup menarik sehingga mengundang selera makan anak), potongan (ukuran kecil sehingga mudah masuk mulut dan mudah dikunyah), dan kering atau berkuah
  4. Perhatikan variasi teknik pengolahan, mudah dan praktis (tidak berduri atau bertulang)
  5. Sesuaikan bentuk dan porsi makan (tidak terlalu besar atau banyak dan tidak terlalu sedikit) 
  6. Perhatikan kebersihan pribadi dan lingkungan (higienis)
  7. Gunakan alat makan yang sesuai ukuran anak dan tidak membahayakan anak (mudah pecah atau tajam, mengandung bahan melamin), mudah dibersihkan, dan disimpan dengan baik

Berikut adalah tips makan sehari untuk anak:
Untuk anak usia 1-3 tahun:
Nasi 3 x (sepiring nasi 100 gram atau 50 gram beras)
Daging 2 x (sepotong daging 25 gram)
Tempe 3 x (sepotong tempe 25 gram atau tahu 50 gram)
Sayur 1 x (semangkuk sayur 100 gram sayuran hijau)
Buah 1 x (sepotong buah, 100 gram pisang atau pepaya)
Susu 1,5 x (segelas susu 200 cc susu segar)
+ 2 sendok makan gula
+ 2 sendok makan minyak

Untuk anak usia 4-6 tahun
Nasi 6 x (sepiring nasi 100 gram atau 50 gram beras)
Daging 2 x (sepotong daging 25 gram)
Tempe 3 x (sepotong tempe 25 gram atau tahu 50 gram)
Sayur 1,5 x (semangkuk sayur 100 gram sayuran hijau)
Buah 1,5 x (sepotong buah, 100 gram pisang atau pepaya)
Susu 1,5 x (segelas susu 200 cc susu segar)
+ 3 sendok makan gula
+ 3 sendok makan minyak

Explanation about Early Childhood Education


Jika kita berbicara dengan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, maka hal yang perlu dipikirkan adalah kurikulum. Kurikulum PENDIDIKAN ANAK USIA DINI adalah usaha suatu lembaga dalam memengaruhi anak usia dini, perkembangan dan kepribadian anak supaya terbentuklah karakter yang baik dan hal ini dilakukan dalam ruangan maupun di luar ruangan.
Memang saat ini, masing-masing lembaga yang mengatur kurikulum PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, karena masing-masing lembaga memiliki misi dalam menerjemahkan isi kurikulum dan memiliki ciri khas kelembagaan yang berbeda dengan yang lain. Oleh karena itu, lembaga juga berhak menyusun sendiri kurikulumnya yang biasa dikenal dengan istilah KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN.

Berikut adalah contoh kurikulum tingkat satuan pendidikan:
a.  Tujuan Pendidikan tingkat satuan pendidikan (sesuai tujuan lembaga masing-masing)
b.  Struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, yang berisi: mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan pengembangan diri, pengaturan beban belajar, ketuntasan belajar, kenaikan kelas dan kelulusan, penjurusan, pendidikan kecakapan hidup, dan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.
c.   Kalender Pendidikan
d.  Silabus Rencana Pembelajaran pada suatu dan atau kelompok mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup: standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok atau pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.

STANDAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
1.  Standar tingkat pencapaian perkembangan [berisi kaidah pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini sejak lahir sampai dengan enam tahun. Tingkat perkembangan yang dicapai merupakan aktualisasi potensi semua aspek perkembangan yang diharapkan dapat dicapai anak pada setiap tahap perkembangannya, bukan merupakan suatu tingkat pencapaian kecakapan akademik.
2.  Standar pendidik [guru, guru pendamping, dan pengasuh]dan tenaga kependidikan [memuat kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan].
3.  Standar isi, proses, dan penilaian [meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian program yang dilaksanakan secara terintegrasi atau terpadu sesuai dengan kebutuhan anak].
4.  Standar sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan [mengatur persyaratan fasilitas, manajemen, dan pembiayaan agar dapat menyelenggarakan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI dengan baik].

STANDAR TINGKAT PENCAPAIAN PERKEMBANGAN
Tingkat pencapaian perkembangan menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan dicapai anak pada rentang usia tertentu. Perkembangan anak yang dicapai merupakan integrasi aspek: pemahaman nilai-nilai agama, moral, fisik, kognitif, bahasa, dan psikososial. Pertumbuhan anak yang mencakup pemantauan kondisi kesehatan dan gizi mengacu pada panduan kartu menuju sehat dan pemantauan deteksi dini tumbuh kembang anak. Perkembangan anak berlangsung secara berkesinambungan yang berarti bahwa tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu tahap diharapkan meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif pada tahap selanjutnya. Walaupun setiap anak adalah unik, karena perkembangan anak berbeda satu sama lain yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, namun demikian, perkembangan anak tetap mengikuti pola yang umum. Agar anak mencapai tingkat perkembangan yang optimal, dibutuhkan keterlibatan orang tua dan orang dewasa untuk memberikan rangsangan yang bersifat menyeluruh dan terpadu yang meliputi pendidikan, pengasuhan, kesehatan, gizi, dan perlindungan yang diberikan secara konsisten melalui pembiasaan. Tingkat pencapaian perkembangan disusun berdasarkan kelompok usia anak: 0 – <2 tahun, 2 – <4 tahun, dan 4 – ≤6 tahun. Pengelompokan usia 0 – <1 tahun dilakukan dalam rentang tiga bulanan karena pada tahap usia ini, perkembangan anak berlangsung sangat pesat. Pengelompokan usia 1 – <2 tahun dilakukan dalam rentang enam bulanan karena pada tahap usia ini, perkembangan anak berlangsung tidak sepesat usia sebelumnya. Untuk kelompok usia selanjutnya, pengelompokan dilakukan dalam rentang waktu per tahun.

Pengelompokan Usia Anak
a.  Tahap usia 0 - < 2 tahun, terdiri atas kelompok usia: < 3 bulan, 3 - < 6 bulan, 6 - < 9 bulan, 9 - < 12 bulan, 12 - < 18 bulan, 18 - < 24 bulan.
b.  Tahap usia 2 – < 4 tahun, terdiri atas kelompok usia: 2 – < 3 tahun dan 3 – < 4 tahun.
c.   Tahap usia 4 – ≤ 6 tahun, terdiri atas kelompok usia: 4 – < 5 tahun dan 5 – ≤ 6 tahun.

STANDAR, ISI, PROSES DAN PENILAIAN
Standar isi, proses, dan penilaian meliputi struktur program, alokasi waktu, dan perencanaan, pelaksanaan, penilaian dilaksanakan secara terintegrasi/terpadu sesuai dengan tingkat perkembangan, bakat atau minat dan kebutuhan anak. Standar ini yang mempertimbangkan potensi dan kondisi setempat, sehingga dimungkinkan terjadinya perbedaan kegiatan dan pelaksanaan pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan di lapangan.

Perbedaan dapat terjadi karena adanya:
a.  Keragaman bentuk layanan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (TK, PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, KB dan bentuk lain yang sederajat), yang menerapkan program paruh waktu dan program penuh waktu
b.  Perbedaan kelompok usia yang dilayani (antara anak usia 0 - <2 tahun dengan anak usia 2 - <4 tahun serta 4 - ≤6 tahun); dan
c.   Perbedaan kondisi lembaga.

Perencanaan program dilakukan oleh pendidik yang mencakup tujuan, isi, dan rencana pengelolaan program yang disusun dalam Rencana Kegiatan Mingguan dan Rencana Kegiatan Harian. Pelaksanaan program berisi proses kegiatan pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan yang dirancang berdasarkan pengelompokan usia anak, dengan mempertimbangkan karakteristik perkembangan anak dan jenis layanan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI yang diberikan. Penilaian merupakan rangkaian kegiatan pengamatan, pencatatan, dan pengolahan data perkembangan anak dengan menggunakan metode dan instrumen yang sesuai.

STANDAR ISI DAN PROGRAM
Struktur program kegiatan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI mencakup bidang pengembangan pembentukan perilaku dan bidang pengembangan kemampuan dasar melalui kegiatan bermain dan pembiasaan. Lingkup pengembangan meliputi: Nilai-nilai agama, moral, fisik, kognitif, bahasa, psikososial. Kegiatan pengembangan suatu aspek dilakukan secara terpadu dengan aspek yang lain, menggunakan pendekatan tematik.

Bentuk Kegiatan Layanan
a.  Kegiatan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI untuk kelompok usia 0 - < 2 tahun.
b.  Kegiatan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI untuk kelompok usia 2 - < 4 tahun.
c.   Kegiatan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI untuk kelompok usia 4 - ≤ 6 tahun.
d.  Kegiatan pengasuhan anak usia 0 - ≤ 6 tahun yang dilakukan setelah kegiatan a,b,c selesai dilakukan.
e.  Kegiatan penitipan anak usia 0 - ≤ 6 tahun yang dilakukan dengan menggabungkan kegiatan a,b,c dan d.

Alokasi waktu
a.  Kelompok usia 0 - < 2 tahun
1)   Satu kali pertemuan selama 120 menit
2)   Satu kali pertemuan per minggu.
3)   Tujuh belas minggu per semester.
4)   Dua semester per tahun.
b.  Kelompok usia 2 - < 4 tahun
1)  Satu kali pertemuan selama 180 menit.
2)  Dua kali pertemuan per minggu.
3)  Tujuh belas minggu per semester.
4)  Dua semester per tahun.
c.   Kelompok usia 4 - ≤ 6 tahun
1)  PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Jalur Pendidikan Formal
a)  1x pertemuan (150-180 menit)
b)  6 atau 5 hari seminggu (900 menit atau 30 jam per 30 menit)
c)  17 minggu per semester
d)  2 semester per tahun
2)  PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Jalur Pendidikan Non Formal
a)  1x pertemuan (180 menit)
b)  3 hari seminggu
c)  17 minggu per semester
d)  2 semester per tahun
d.  Kegiatan pengasuhan anak usia 0 - ≤ 6 tahun
Alokasi waktu disesuaikan dengan sisa waktu dari penitipan dikurangi dengan kegiatan terstruktur yang sudah dilaksanakan, sesuai dengan jenis kegiatan dan kelompok usia.

Rombongan belajar
a.  PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Jalur Pendidikan Formal
Jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar: 20 peserta didik
Guru / Guru Pendamping: 1 orang
Kelompok A: anak usia 4-5 tahun
Kelompok B: anak usia 5-6 tahun
b.  PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Jalur Pendidikan Nonformal
Jumlah peserta didik setiap rombongan bersifat fleksibel (sesuai usia dan jenis program)
Guru / Guru Pendamping: minimal 1 orang
Selain itu harus tersedia pengasuh dengan perbandingan antara pendidik (guru atau guru pendamping atau pengasuh) dan peserta didik sbb:
1)  Kelompok usia 0 - <1 tahun 1 : 4 anak
2)  Kelompok usia 1 - <2 tahun 1 : 6 anak
3)  Kelompok usia 2 - <3 tahun 1 : 8 anak
4)  Kelompok usia 3 - <4 tahun 1 : 10 anak
5)  Kelompok usia 4 - <5 tahun 1 : 12 anak
6)  Kelompok usia 5 - ≤6 tahun 1 : 15 anak

Kalender Pendidikan
Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun ajaran, minggu efektif pembelajaran, waktu pembelajaran efektif, dan hari libur. Kalender pendidikan tersebut disesuaikan dengan kondisi daerah setempat.

STANDAR PROSES
a.  Perencanaan
1)  Pengembangan Rencana Pembelajaran
a)  Perencanaan penyelenggaraan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI meliputi Perencanaan Semester, Rencana Kegiatan Mingguan dan Rencana Kegiatan Harian.
b)  Rencana Kegiatan untuk anak usia 0 – 2 tahun bersifat individual. Jadwal kegiatan disesuaikan dengan jadwal harian masing-masing anak.
2)  Prinsip-prinsip
a)  Memperhatikan tingkat perkembangan, kebutuhan, minat dan karakteristik anak.
b)  Mengintegrasikan kesehatan, gizi, pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan.
c)  Pembelajaran dilaksanakan melalui bermain.
d)  Kegiatan pembelajaran dilakukan secara bertahap, berkesinambungan, dan bersifat pembiasaan.
e)  Proses pembelajaran bersifat aktif, kreatif, interaktif, efektif, dan menyenangkan.
f)   Proses pembelajaran berpusat pada anak.
b.  Pengorganisasian
1)  Pemilihan metode yang tepat dan bervariasi.
2)  Pemilihan alat bermain dan sumber belajar yang ada di lingkungan.
3)  Pemilihan teknik dan alat penilaian sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan.
c.   Pelaksanaan
1)  Penataan lingkungan bermain
a)  Menciptakan suasana bermain yang aman, nyaman, bersih, sehat, dan menarik.
b)  Penggunaan alat permainan edukatif memenuhi standar keamanan, kesehatan, dan sesuai dengan fungsi stimulasi yang telah direncanakan.
c)  Memanfaatkan lingkungan.
2)  Pengorganisasian Kegiatan
a)  Kegiatan dilaksanakan di dalam ruang dan di luar ruang.
b)  Kegiatan dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan.
c)  Kegiatan untuk anak usia 0 - <2 tahun, bersifat individual.
d)  Pengelolaan kegiatan pembelajaran pada usia 2 - <4 tahun dalam kelompok besar, kelompok kecil dan individu meliputi inti dan penutup.
e)  Pengelolaan kegiatan pembelajaran pada usia 4 - ≤6 tahun dilakukan dalam individu, kelompok kecil, dan kelompok besar meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu pembukaan, inti dan penutup.
f)   Melibatkan orang tua/keluarga.

STANDAR PENILAIAN
Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan tingkat pencapaian perkembangan anak yang mencakup:
a.  Teknik Penilaian
Pengamatan, penugasan, unjuk kerja, pencatatan anekdot, percakapan, laporan orang tua, dan dokumentasi hasil karya anak (portofolio), serta deskripsi profil anak.
b.  Lingkup
1)  Mencakup seluruh tingkat pencapaian perkembangan peserta didik.
2)  Mencakup data tentang status kesehatan, pengasuhan, dan pendidikan.
c.   Proses
1)  Dilakukan secara berkala, intensif, bermakna, menyeluruh, dan berkelanjutan.
2)  Pengamatan dilakukan pada saat anak melakukan aktivitas sepanjang hari.
3)  Secara berkala tim pendidik mengkaji-ulang catatan perkembangan anak dan berbagai informasi lain termasuk kebutuhan khusus anak yang dikumpulkan dari hasil catatan pengamatan, anekdot, check list, dan portofolio.
4)  Melakukan komunikasi dengan orang tua tentang perkembangan anak, termasuk kebutuhan khusus anak.
5)  Dilakukan secara sistematis, terpercaya, dan konsisten.
6)  Memonitor semua aspek tingkat pencapaian perkembangan anak.
7)  Mengutamakan proses dampak hasil.
8)  Pembelajaran melalui bermain dengan benda konkret.
d.  Pengelolaan Hasil
1)  Pendidik membuat kesimpulan dan laporan kemajuan anak berdasarkan informasi yang tersedia.
2)  Pendidik menyusun dan menyampaikan laporan perkembangan anak secara tertulis kepada orang tua secara berkala, minimal sekali dalam satu semester.
3)  Laporan perkembangan anak disampaikan kepada orang tua dalam bentuk laporan lisan dan tertulis secara bijak, disertai saran-saran yang dapat dilakukan orang tua di rumah.
e.  Tindak Lanjut
1)  Pendidik menggunakan hasil penilaian untuk meningkatkan kompetensi diri.
2)  Pendidik menggunakan hasil penilaian untuk memperbaiki program, metode, jenis aktivitas/kegiatan, penggunaan dan penataan alat permainan edukatif, alat kebersihan dan kesehatan, serta untuk memperbaiki sarana dan prasarana termasuk untuk anak dengan kebutuhan khusus.
3)  Mengadakan pertemuan dengan orang tua atau keluarga untuk mendiskusikan dan melakukan tindak lanjut untuk kemajuan perkembangan anak.
4)  Pendidik merujuk keterlambatan perkembangan anak kepada ahlinya melalui orang tua.
5)  Merencanakan program pelayanan untuk anak yang memiliki kebutuhan khusus.