PLAY PSYCHOLOGY
Kata ‘bermain’ bukanlah hal yang asing lagi, tapi tahukah anda tentang definisi bermain? Bermain adalah suatu aktivitas yang langsung, spontan dimana seorang anak berinteraksi dengan orang lain, benda-benda disekitarnya, dilakukan dengan senang, atas inisiatif sendiri, menggunakan imajinatif, menggunakan panca indera dan seluruh anggota tubuhnya.
Mengapa anak butuh bermain? Sebenarnya anak
bermain untuk memperoleh sesuatu dengan cara bereksplorasi dan bereksperimen
tentang dunia disekitarnya dalam rangka membangun pengetahuan diri sendiri
(self knowledge, physical knowledge,
logic-math knowledge, social knowledge).
Bagaimana anak seharusnya bermain? Menurut
Jean Piaget, anak seharusnya mampu melakukan percobaan dan penelitian sendiri.
Guru, tentu saja, dapat menuntun anak-anak dengan menyediakan bahan-bahan yang
tepat, tetapi yang terpenting agar anak dapat memahami sesuatu, ia harus
membangun pengertian itu sendiri, ia harus menemukannya sendiri. Berikut adalah
cara anak bermain dan belajar mulai dari usia 0-4 tahun:
- Usia 0-6 bulan : Belajar dengan melihat (learning by watching)
- Usia 6 bln-1 tahun : Belajar dengan menyentuh (learning by touching)
- Usia 13 – 24 bulan; Mulai untuk mengadaptasi prilaku, masih minim pengetahuan tentang peraturan social, dan mulai memainkan permainan imaginative
- Usia 25-36 Bulan; Sudah terlibat dalam pola permaianan dan interaksi social lainnya, mulai mengerti maksud dari komunikasi seperti mengundang teman dan bermain bersama dalam pengawasan orang dewasa
- Usia 3 tahun ; Mulai dapat bermain dalam permaianan kerjasama dan bermain peran atau ‘pasaran” ( jawa).
- Usia 4 Tahun; Mulai bermain dalam kelompok kecil pertemanan sekitar 3 – 4 anak
Lalu bagaimana dengan cara penataan alat bermain anak? Penempatan
alat main yang tepat memungkinkan anak untuk mandiri, disiplin, bertanggung
jawab, memulai dan mengakhiri main, serta klasifikasi. Penataan alat dan bahan
selama main seharusnya mendukung anak dalam membuat keputusan sendiri,
mengembangkan ide, menuangkan ide menjadi karya nyata, dan mengembangkan
kemampuan sosial. Penataan alat dan bahan main juga memungkinkan anak main
sendiri, main berdampingan, main bersama dan main bekerjasama. Oleh karena itu,
peran guru dan orangtua terhadap psikologi bermain anak adalah sebagai partner,
nurture, pemandu, peneliti, dan fasilitator yang memberikan dukungan saat anak
membangun pengetahuan fisik, logika-matematika, sosial, untuk membangun
pengetahuan diri sendiri.
Mari kita lihat perilaku yang
sering ditampilkan anak ketika bermain:
- Perilaku tidak peduli: Anak tidak bermain, tetapi terlibat dalam “perilaku tidak peduli.”
- Perilaku menonton: Anak memperhatikan anak lain saat bermain. Mereka mungkin berhubungan secara lisan, tetapi tidak ikut main.
- Sosial sendiri: Anak terlibat dalam main dengan diri sendiri. Main yang dimaksud sepenuhnya mengatur sendiri.
- Sosial berdampingan: Anak main dekat dengan anak lainnya. Anak terlibat dalam permainan nya sendiri, tetapi senang dengan kehadiran anak lainnya.
- Sosial bersama: Anak main dengan anak lainnya dalam satu kelompok. Ia dapat bertukar bahan main, tetapi tidak ada tujuan yang direncanakan.
- Sosial kerjasama: Anak main dengan anak lain dan mainnya memiliki tujuan yang direncanakan. Anak merencanakan dan berperan.